OPINI - Antoni mengawali catatannya menanggapi persoalan keterbatasan anggaran yang ditulis oleh Indra Darmawan di WAG diskusi Forum Karang Taruna Indonesia Jumat malam, 29 April 2022.
• 29/4 22.31] Indra Darmawan: Permisi numpang tanya, ada sebagian kecil desa-desa di Indonesia yang karang taruna - nya tidak jalan dengan alasan keterbatasan anggaran. Apakah ada desa⊃2; ditempat saudaraku demikian?
• [29/4 22.34] Indra Darmawan: Kalau pun benar adanya, mayoritas desa di Indonesia mengalami keterbatasan anggaran, ini sangat berdampak bagi aktifitas anak muda di Indonesia umumnya, khususnya pemuda-pemudi di desa. Mungkin kanda @Indra Kasyanto ada solusi?
• [29/4 23.18] Indra Darmawan: 10.14 dari rekan-rekan perangkat desa dan tokoh pemuda, bahwa di desa⊃2; di kabupaten Mesuji pun demikian, anggaran karang taruna tidak ada.
• Alhamdulillah ada inisiatif pemuda-pemudi desa untuk Galang dana agar dapat merealisasikan impian dan harapan mereka. Seperti contoh Galang dana buat tournament Volley, Bola Kaki dll.
• [29/4 23.53] Mardawi Solihan: Permasalahan Karang Taruna skrg pola pembinaan dan pengembangannya beda dgn era kita dulu, di Depsos RI ada Direktur Karang Taruna yg khusus membina KT (skrg infonya tdk ada lagi). Skrg Pemda/Dinas Sosial Prop/Kab/Kota juga tdk menganggarkan pembinaan KT yang berdampak thd kemajuan KT Kel/Desa.
• [30/4 00.02] Indra Darmawan: Buat apa ada Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) kalau pemuda pemudi desa tidak diberdayakan.
• Kunci pembangunan itu sukses, jauh dari Tipikor adalah dengan membangun jiwa pemuda terlebih dahulu, bukan membangun fisik bangunan/infrastruktur.
“Para Adik – adik Pemimpin Karang Taruna Nasional (KTN) saat membawa Karang Taruna menjadi independent, melepaskan diri dari campur tangan pemerintah, dan aroma politik praktisnya terasa kental.
“Saya ingat ketika masih dipercaya sebagai Ketua Harian Karang Taruna Nasional periode 2005 – 2010 begitu banyak program – program Karang Taruna yang bersinergi dengan pemerintah, yang sampai sekarang masih dilaksanakan oleh Depsos RI seperti TAGANA (Taruna Siaga Bencana), Mobil Pintar, Kantin Kejujuran dan sebagainya, hingga ke tingkat daerah melaksnajan program yang sama, ” tulis Antoni, Sabtu (30/04/22) di WAG FKTI.
Kini, program Karang Taruna seakan musiman, seirama dgn musim politik, jika demikian Pemuda Pemudi di Desa/Kelurahan akan kehilangan makna akan arti Karang Taruna itu sendiri, lanjutnya.
“Maka, dampaknya bagaimana pemerintah akan memberikan stimulasi untuk penguatan organisasi Karang Taruna, jika Karang Taruna bukan lagi mitra pemerintah sebagai pendukung dan pelaksana program dalam meningkatkan pemberdayaan sosial pemuda di desa dan kelurahan se-Indonesia, ” tulisnya lagi.
4 Pilar Pemuda
1. KNPI Pembinaan Pemuda dalam bidang Politik
2. PRAMUKA Pembinaan Pemuda dalam bidang bela negara
Baca juga:
Realease Kompas Bagaimana Respon Kita ?
|
3. OSIS / SEMA Pembinaan Pemuda dalam bidang pendidikan
4. KARANG TARUNA
Pembinaan Pemuda dalam bidang sosial, ekonomi dan budaya. Mengingat beratnya beban tugas Karang Taruna di atas, dan oleh karena itu diamanatkan dalam UU jika Pemerintah c/q Kementerian Sosial menjadi Pembina Tekhnis Karang Taruna di setiap angkatan, akan tetapi fakta dilapangan saat ini, sangat terasa jika Pengurus Karang Taruna yang sepertinya justru menjauh dari pemerintah dengan slogan Independent-nya.
Pertanyaannya; ” apakah para Pengurus Karang Taruna disetiap tingkatan tersebut menjalankan dan membiayai program kerja Karang Taruna sendiri (membina Pemuda dalam bidang sosial, ekonomi dan budaya) ???.”Jawabannya; ” tentulah tidak mungkin. Dan disinilah politik kepentingan mulai bermain, yang jelas dapat mencerminkan Karang Taruna dimata masyarakat.
”Nasib Karang Taruna yang kita cintai saat ini Apakah kita hanya berdiam diri saja atau masih ada yang dapat kita lakukan???. Sahabat - sahabatlah yang dapat menjawabnya.” urai Antoni.
Catatan Antoni Toha direspon oleh Andreas Kalimantan Timur. Menurut dia, Karang Taruna bagian dari Civil Society, maka Independent adalah ciri khasnya.
“Independent yang dimaksud adalah sudah seharusnya tidak ter - intervensi kepentingan pihak lain, tetapi jika kepentingan pihak lain, pemerintah atau siapapun nyata – nyata justru berbanding lurus dengan goal Karang Taruna yang berujung pada pemberdayaan masyarakat, justru tidak haram/wajib hukumnya bersinergi, ” tulis Andreas.
Lebih dalam Antoni merespon catatan Andreas dengan ” Sepakat SdrKu…”
“Kami merasakan dan menjadi saksi berapa kali perubahan nomenclature Karang Taruna, dari Karang Taruna, Timlak FKKT, FKKT, hingga menjadi K T I. Semuanya berubah dimulai didasari karena semangat kemandirian, Karang Taruna saat itu seakan sebagai obyek program pemerintah sebagai pelengkap anggaran, jadi jelas bedanya hanya dipelaksanaan, akan tetapi sasarannya jelas. Pelatihan – pelatihan manajemen Karang Taruna (UKS dan UEP) untuk Anggota Karang Taruna ditingkat Desa/Kelurahan, diiringi dengan adanya bantuan – bantuan peralatan, lomba – lomba antar Karang Taruna (olah raga, seni budaya dan usaha ekonomi produktif), hal – hal ini yang menyentuh dan membentuk karakter Karang Taruna muda pada saat itu.
“Namun Karang Taruna sekarang menurut hemat kami mungkin beda mulai dari Hulu ke hilir. Sehingga pemimpin – pemimpin Karang Taruna saat ini seakan menjadi raja di ring-nya sendiri, yang menjadi elit dikalangannya sendiri. Maaf jika analisis kami salah.” Tulis Antoni menguraikan.
Pemimpin Karang Taruna seakan menjadi Raja Menurut Andreas, jika Karang Taruna saat ini seakan menjadi raja di lingkunganya sendiri sehingga menjadi elit, itu ciri – ciri yang bekerja dengan atas nama saja mengatasnamakan masyarakat, tetapi tidak melibatkan masyarakat, itu Ademokrasi.
Respon pun datang dari Febri Herri. “Benar abang Toni… ini kami yang masih di dalam dunia sosial sangat merasakan-nya dan kita menjadi sangat sedih. Karang Taruna hanya dipergunakan kepentingan politik sesaat, setelah pengurus atau ketuanya jadi. Apakah ada perhatian buta Karang Taruna… no sen… no maju. Dan ini sejak pertemuan karang Taruna di Medan yang ingin Karang Taruna independent berdiri sendiri seperti KNPI, tapi apa hasilnya? maaf senior sedikit uneg – uneg dan pandangan kami pribadi.”
Sumber: Diskusi WAG Forum Karang Taruna Indonesia